Sabtu, 01 Mei 2010

Inilah motivasi kerja saya

Sewaktu duduk di bangku SMA, saya mulai berkenalan dengan dunia bisnis namun cara berbisnis saya seperti perilaku seorang pekerja lepas. Saya menjajakan barang dagangan berupa kebutuhan hidup sehari-hari di toko kelontong milik orang tua. Barang yang dijual adalah sabun, sikat gigi, odol, parfum, obat, gula, kopi, the, susu, dan sebagainya. Motivasi saya waktu itu adalah mengumpulkan tabungan untuk biaya kuliah di perguruan tinggi.
Setelah kuliah di perguruan tinggi, kebiasaan saya berbisnis terus tumbuh. Awalnya, saya mengambil program studi politik karena saya berniat menjadi politisi. Keadaan tahun 80-an kondisi politik sangat panas dengan banyaknya intimidasi bahkan kekerasan yang dilakukan rezim Soeharto terhadap mahasiswa dan membuat saya mengubah niat menjadi seorang pendidik.
Selama masa kuliah, saya berbisnis dengan cara menjajakan barang-barang cetakan, souvenir dan assesories kepada konsumen secara langsung. Dilain waktu, saya juga menawarkan jasa untuk mengerjakan proyek-proyek yang ditawarkan oleh teman-teman dan dosen untuk menambah penghasilan. Motivasi saya berbisnis adalah mencari penghasilan untuk menambah kiriman orang tua, sehingga mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bisa membayar biaya kuliah.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, tempat pertama yang saya incar sebagai lahan pengabdian adalah lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Motivasi saya adalah mencari pekerjaan. Awalnya, saya diminta oleh Profesor Tilaar untuk menjadi dosen di almamater saya, salah satu PTN di Jakarta, karena saya menjadi lulusan terbaik. Waktu itu ada kebijakan zero growth, sehingga saya harus menunggu dosen yang pensiun untuk bisa masuk sebagai dosen PTN dan saya tidak sabar menunggu. Nasib akhirnya membawa saya menjadi dosen di salah satu universitas swasta di Jakarta.
Sebelum menjadi dosen, jabatan saya adalah Asisten Direktur pada salah satu program pendidikan di sebuah institut dengan gaji yang sangat tidak memuaskan. Saya tidak menyadari bahwa menjadi seorang pekerja memang tidak dapat mengharapkan kepuasan dari gaji yang diterima. Jumlah gaji seorang pekerja sudah ditentukan oleh pimpinan atau pemilik usaha, bahkan karena pada waktu itu lembaga tempat saya kerja belum mempunyai sistem penggajian yang bagus, gaji yang saya terima sangat kecil dibandingkan dengan teman-teman se kantor yang jenjangnya relatif sama.
Untuk menambah penghasilan, saya mengajukan permohonan untuk menjadi pengajar di lembaga pendidikan tempat saya bekerja. Saya mencoba merintis karier di lembaga pendidikan dengan menduduki berbagai jabatan yang tersedia. Setelah lembaga pendidikan tempat saya bekerja dikembangkan menjadi Akademi dan Universitas, saya diangkat sebagai Pembantu Direktur Bidang Administrasi dan Keuangan di Akademi tersebut. Perkembangan selanjutnya adalah, ketika dibentuk sebuah fakultas kesehatan, saya diangkat sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, demikian pula ketika dibentuk fakultas kesehatan lainnya, saya merangkap jabatan di kedua fakultas kesehatan tersebut.
Di bidang akademik, selain menjadi dosen di Akademi dan Universitas, saya juga pernah diangkat sebagai Ketua Peminatan dan Sekretaris Jurusan. Di bidang kemahasiswaan, saya mempunyai pengalaman sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan, membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rohani Islam dan UKM Korps Sukarela PMI.
Dalam merintis dan menapaki jalur karier, saya mendapat banyak pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, namun dari sisi finansial saya tidak mendapatkan hasil yang cukup berarti. Rumah yang saya tempati belum lunas, mobil yang saya pakai berasal dari hutang dan perabot-perabot lain yang saya miliki juga tidak seberapa.
Untuk mencapai keamanan finansial, saya mencari tambahan penghasilan dengan menyewakan mobil yang saya miliki, menjadi perantara dalam jual beli rumah dan menjadi instruktur dalam pelatihan-pelatihan manajemen. Dengan cara seperti ini, perlahan-lahan saya mempunyai simpanan dalam bentuk tabungan di bank, deposito, emas dan valuta asing. Saya juga berusaha mengumpulkan harta produktif berupa tanah kavling yang dibeli dengan cara mengangsur.
Saya berusaha meningkatkan motivasi saya dengan jalan merintis sebuah usaha, sebagai upaya untuk mencapai keamanan finansial. Dengan modal tabungan yang ada dan ditambah dengan pinjaman uang di bank, mulailah saya menjalani bisnis di bidang property. Saya membeli sebuah rumah yang saya sewakan dengan menggunakan uang yang berasal dari tabungan dan hutang bank.
Setelah merintis sebuah usaha, perlahan-lahan saya berusaha mengumpulkan harta-harta produktif lainnya berupa tanah, rumah, valuta asing, emas serta produk-produk investasi seperti deposito, dana investasi, dan sebagainya. Harta konsumtif yang saya miliki sesekali saya jadikan sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan dengan cara disewakan. Inilah cara saya untuk mewujudkan keamanan finansial saya.
Saat ini saya sedang mencoba membuat sistem usaha dalam bisnis property saya. Perkembangan bisnis saya tidak terlalu pesat, karena saya menjalani berbagai posisi untuk mendapatkan penghasilan. Saya seorang pekerja, juga seorang pekerja lepas sebagai pengajar atau pelatih dan sesekali melakukan transaksi jual beli property, oleh karena itu waktunya tidak tercurah sepenuhnya dalam bisnis.
Saya menyadari keterbatasan yang saya miliki selama ini dan saya sedang menyusun rencana bisnis yang sedang saya persiapkan untuk lebih menjamin kemanan finansial saya. Syukur-syukur dapat meraih kondisi yang disebut orang-orang sebagai kebebasan finansial. Kebebasan finansial adalah suatu kondisi dimana saya tidak bekerja sebagai suatu keharusan, saya tetap bekerja, namun saya ingin agar bekerja sebagai sebuah pilihan, karena sistem usaha yang saya ciptakan telah bekerja semakin keras untuk mendapatkan penghasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar